Cari Blog Ini

Sabtu, 12 Juni 2010

KTI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia melalui pembangunan nasional yang berkesinambungan diarahkan pada peningkatan derajat kesehatan yang dicerminkan oleh besar kecilnya kematian maternal dan kematian neonatal. Di sisi lain, dalam mewujudkan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 MPS (Making Pregnancy Safer) mempunyai misi bahwa persalinan berlangsung aman, bayi yang dilahirkan hidup dan sehat dengan sasaran yaitu menurunkan angka kematian maternal menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal menjadi 16 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan pada kenyataannya angka kematian di Indonesia masih mencapai 307 per 100.000 dan angka kematian neonatal 20.000 per 100.000 kelahiran hidup, sehingga dapat dikatakan derajat kesehatan di Indonesia masih rendah (Ivana, 2007).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih berada pada angka 307 per 100.000 kelahiran hidup atau setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal dunia karena berbagai sebab. Demikian pula angka kematian bayi (AKB), khususnya angka kematian bayi baru lahir (neonatal) masih berada pada kisaran 20 per 1.000 kelahiran hidup (Eka, 2008).
Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks, lahirnya bayi dan plasenta dari rahim ibu. Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap. Kebutuhan seorang wanita dalam proses persalinan adalah pemenuhan kebutuhan fisik, kehadiran seorang pendamping secara terus-menerus, keringanan dari rasa sakit, penerimaan atas sikap dan perilakunya, pemberian informasi tentang kemajuan proses persalinan dan hasil persalinannya. Bidan diharapkan dapat memberikan asuhan persalinan kala I sehingga ibu merasa nyaman dan proses persalinan berjalan dengan lancar (Fitri, 2009).
Nyeri dalam persalinan dapat juga disebabkan oleh faktor psikologis yaitu karena rasa ketakutan, kecemasan, kesedihan, stres atau kemarahan yang berlebihan, wanita yang tidak didukung secara emosional atau mengalami kesulitan dalam persalinan yang lalu, kelelahan, ketakutan dan perasaan putus asa adalah akibat dari persalinan atau fase laten yang panjang (Simkin dkk, 2005).
Perawatan satu persatu yang terus menerus oleh para bidan yang berfokus pada aspek-aspek psikososial dari kelahiran telah menunjukkan hasil akhir yang lebih baik jika dibandingkan dengan perawatan biasa oleh para dokter ahli kebidanan. Dukungan persalinan berkelanjutan dari bidan dalam tindakan kenyamanan psikososialnya adalah mengkaji status emosional wanita memberikan rangsangan sensorik yang menentramkan atau nyaman memberikan ketentraman dan pujian, mengurangi rangsangan atau tindakan yang memicu rasa takut, mengupayakan lingkungan yang lebih pribadi dan tidak menghambat. Bidan juga menggunakan tekhnik dan alat untuk mengurangi nyeri punggung saat persalinan adalah couterpressure, peremasan kedua pinggul, penekanan lutut, kompres dingin dan panas, hidroterapi, gerakkan bola persalinan (Simkin dkk, 2005).
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui mengenai “Tindakan Bidan Dalam Mengatasi Rasa Nyeri Pada Ibu Bersalin Di RSUD DR RM Djoelham Binjai Tahun 2010”.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah di atas adalah “Bagaimana tindakan bidan dalam mengatasi rasa nyeri pada ibu bersalin di RSUD DR RM Djoelham Binjai Tahun 2010”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui tindakan bidan dalam mengatasi rasa nyeri pada ibu bersalin di RSUD DR RM Djoelham Binjai Tahun 2010.


2. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui tindakan bidan dalam mengatasi rasa nyeri pada ibu bersalin berdasarkan pendidikan di RSUD DR RM Djoelham Binjai Tahun 2010
2. Untuk mengetahui tindakan bidan dalam mengatasi rasa nyeri pada ibu bersalin berdasarkan umur di RSUD DR RM Djoelham Binjai Tahun 2010

D. Manfaat Penelitian
Dengan dilaksanakannya penelitian ini, maka diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi bidan
sebagai bahan masukkan untuk setiap bidan agar mengetahui tindakan bidan dalam mengatasi rasa nyeri pada ibu bersalin di RSUD DR RM Djoelham Binjai Tahun 2010.
2. Bagi penulis
untuk mengaplikasikan ilmu yang penulis dapat selama di bangku kuliah, dalam meneliti tindakan bidan dalam mengatasi rasa nyeri pada ibu bersalin di RSUD DR RM Djoelham Binjai Tahun 2010.
3. Bagi RSUD DR Djoelham
Sebagai bahan masukan dan pengetahuan bagi pihak rumah sakit untuk mengetahui tindakan bidan dalam mengatasi rasa nyeri pada ibu bersalin di RSUD DR RM Djoelham Binjai Tahun 2010.
4. Bagi universitas prima indonesia
Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya untuk meneliti tindakan bidan dalam mengatasi rasa nyeri pada ibu bersalin di RSUD DR RM Djoelham Binjai Tahun 2010.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tindakan
1. Pengertian tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :
1. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
2. Respon terpimpin (guide response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.
3. Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mancapai praktik tingkat tiga.



4. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Syakira, 2010).
Secara Etiomologi bahwa persepsi berasal dari Bahasa Inggris “Perception” yang artinya tanggapan, daya memahami sesuatu. Menurut Walgito (2000), persepsi merupakan suatu tindakan proses yang dialami oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses pelaksanaan suatu kegiatan yang diterima oleh individu melalui alat indera atau disebut juga proses sensoris (Notoadmojo, 2003).
Tindakan terbentuk atas dasar data-data yang diperoleh dari lingkungan yang diserap oleh indera serta bagian lain diperoleh dari pengolahan ingatan (Memory) kita (diolah kembali berdasarkan pengalaman yang kita miliki). Adanya objek atau peristiwa akan memberi respon pada individu itu sendiri. Berdasarkan hal tersebut tindakan itu tercermin dalam tingkah laku dan pendapat, yang mana menjadikan adanya dinamika dalam kehidupan manusia itu sendiri (Notoadmojo, 2003).
Dengan kata lain, tindakan dibangun atas 3 unsur yaitu : pengamatan, penilaian dan pendapat. Pengamatan berarti subjek mampu memberikan penilaian tentang sesuatu yang dilakukan dan diamati, sehingga subjek mampu menginterprestasikan objek yang dilihatnya. Berdasarkan hal tersebut tindakan sangat mengandalkan segenap indera-indera yang dimiliki dengan tingkat kesadaran yang tinggi. Oleh karena itu, tindakan orang berarti mengetahui, memahami dan menyadari sesuatu itu. Sehingga tindakan seseorang akan mempengaruhi perilakunya terhadap objek atau peristiwa lainnya (Notoadmojo, 2003).
Prinsip dasar tentang tindakan yang perlu diketahui yaitu :
1. Relatif
Dalam hubungannya dengan kerelatifan tindakan, dampak pertama dari suatu perubahan rangsangan dirasakan lebih besar daripada rangsangan yang datang kemudian. Berdasarkan kenyataan bahwa tindakan itu relatif untuk mengetahui rangsangan yang dimilki oleh orang lain.
2. Selektif
Seseorang hanya akan memperhatikan beberapa rangsangan saja dari banyak rangsangan yang ada disekelilingnya pada saat-saat tertentu. Ini berarti bahwa rangsangan yang diterima akan tergantung pada apa yang pernah ia pelajari, apa yang pada suatu saat menarik perhatiannya dan kearah mana tindakan itu mempunyai kecenderungan. Ini berarti juga bahwa ada keterbatasan dalam kemampuan sseorang untuk menerima rangsangan.
3. Mempunyai tatanan
Orang menerima rangsangan tidak dengan cara sembarangan. Ia akan menerimanya dalam bentuk hubungan-hubungan atau kelompok-kelompok, jika rangsangan yang datang tidak lengkap ia akan melengkapinya sendiri sehingga hubungan itu menjadi jelas.
4. Harapan dan kesiapan
Harapan dan kesiapan penerima pesan akan menentukan pesan mana yang akan dipilih untuk diterima, selanjutnya bagaimana pesan yang dipilih itu akan ditata dan demikian pula bagaimana pesan tersebut akan diinterprestasikan
5. Dapat bertentangan dengan orang lain tanpa ada kesamaan
Perbedaan persepsi ini dapat itelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan individu, perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi (Notoadmojo, 2003).
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi tindakan bidan dalam mengatasi rasa nyeri pada ibu bersalin, meliputi:
1. Umur
Umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan hingga saat dilakukan penelitian.Bidan yang memiliki umur di bawah 20 atau diatas 30 mempengaruhi sikap bidan (Notoatmodjo, 2007).
2. Pendidikan
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain secara kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Yang diharapkan dari pendidikan itu sendiri adalah setiap individu mampu untuk meningkatkan kesehatannya (Notoatmodjo, 2007).

B. Bidan
1. Pengertian bidan
Seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai persyaratan yang berlaku, dicatat, diberi ijin secara sah untuk menjalankan praktik (IBI, 2007).
Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulus ujian sesuai persyaratan yang berlaku (Menkes, 2007).
Bidan adalah seseorang yang telah diakui secara regular dalam program pendidikan kebidanan sebagaimana yang telah diakui skala yuridis, dimana ia ditempatkan dan telah menyelesaikan pendidikan kebidanan dan memperoleh izin melaksanakan praktek kebidanan (WHO, 2007).
2. Bidan sebagai profesi
Bidan sebagai profesi memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu :
1. Bidan disiapkan melalui pendidikan formal agar lulusannya dapat melaksanakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya secara profesional
2. Bidan memiliki alat yang dijadikan panduan dalam menjalankan profesinya, yaitu standar pelayanan kebidanan, kode etik,dan etika kebidanan
3. Bidan memiliki kelompok pengetahuan yang jelas dalam menjalankan profesinya
4. Bidan memiliki kewenangan dalam menjalankan tugasnya
5. Bidan memberi pelayanan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
6. Bidan memiliki organisasi profesi
7. Bidan memiliki karakteristik yang khusus dan dikenal serta dibutuhkan masyarakat
8. Profesi bidan dijadikan sebagai suatu pekerjaan dan sumber utama penghidupan (WHO, 2007).
3. Kewajiban bidan terhadap profesinya
1. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang bermutu pada masyarakat.
2. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IBI, 2007).
4. Perilaku profesional bidan
1. Bertindak sesuai keahliannya
2. Mempunyai moral yang tinggi
3. Bersifat jujur
4. Tidak melakukan coba-coba
5. Tidak memberikan janji yang berlebihan
6. Mengembangkan kemitraan
7. Terampil berkomunikasi
8. Mengenal batas kemampuan
9. Mengadvokasi pilihan ibu (IBI, 2007).

C. Nyeri Persalinan
1. Pengertian nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensonik yang dicetuskan oleh rangsangan yang merupakan ancaman untuk menghancurkan jaringan, disebut sebagai sesuatu yang menyakitkan (Mander, 2004).
2. Pengertian persalinan
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dari janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Nisa, 2008).
3. Nyeri persalinan
Nyeri persalinan dibagi menjadi 2 (dua) yaitu :
1. Kala I persalinan
Tahap pertama atau awal persalinan nyeri diakibatkan oleh dilatasi serviks dengan segmen bawah uterus dan dustensi korpus uteri. Intensitas nyeri selama kala ini diakibatkan oleh kekuatan kontraksi dan tekanan yang dibangkitkan.
2. Kala II persalinan
Pada fase akhir proses melahirkan setelah jalan lahir telah terbuka lengkap nyeri tambah disebabkan oleh regangan atau robekan jaringan pada perinium dan tekanan pada otot skelet perinium. Nyeri diakibatkan oleh rangsanan struktur somatik suprfisial dan digambarkan sebagai nyeri yang tajam dan terlokalisasi terutama pada daerah yang disuplai oleh saraf pudendus (Mander, 2004).
3. Asal nyeri persalinan
Menurut Mander (2004), asal nyeri pada persalinan terbagi 2 (dua) yaitu :
1. Nyeri pada persalinan tanpa komplikasi
Nyeri dan respon tubuh yang nyata, nyeri persalinan biasanya dikaitkan dengan tegangan, tekanan dan robekan struktur-struktur lokal.
2. Nyeri persalinan dengan komplikasi
Pada persalinan yang dimulai tanpa komplikasi yang mengancam kesejahteraan bayi, ibu atau keduanya. Nyeri persalinan dengan komplikasi dibagi 2 (dua) lagi, yaitu :
a. Persalinan Oksipito Posterior (OP)
Nyeri persalinan dengan kepala janin dalam posisi oksipito posterior (OP).
b. Ruptur uteri
Nyeri ruptur uteri bervariasi dan dominasi tergantung pada keparahan tanda dan gejala yang menyertai, yang selanjutnya berhubungan dengan luasnya ruptur uteri.
c. Inversio uteri
Inversio uteri adalah bencana dalam persalinan yang membahayakan kehidupan wanita. Inversio uteri lebih mungkin terjadi pada kala III persalinan dapat sejumlah faktor predisposisi termasuk berbagai bentuk kesalahan tatalaksana : penekanan fundus yang tidak tepat dan penarikan tali pusat.
4. Penyebab nyeri persalinan
Menurut Simkin dkk (2005), ada beberapa penyebab munculnya rasa nyeri pada persalinan, yaitu :
1. Penyebab fisik
a. Kontraksi yang dipicu oksitoksin kadang sangat nyeri dan melelahkan wanita, khususnya ketika wanita mengalami kontraksi setiap 2 atau 3 menit dan serviksnya hanya membuka 1 atau 2 cm.
b. Luka perut serviks dari pendarahan sebelumnya (misalnya bedah krio, pembukaan awal beberapa cm). Kontraksi dengan intensitas besar selama berjam-jam atau berhari-hari mungkin diperlukan untuk mengatasi resistensi ini kemudian pembukaan baru terjadi.
c. Posisi penyebab psikologis.
2. Penyebab kecemasan, kesendirian, stres atau kemarahan yang berlebihan dapat menyebabkan pembentukan katekolamin dan menimbulkan kemajuan persalinan melambat. Wanita yang tidk di dukung secara emosional atau mengalami kesulitan dalam persalinan yang lalu, kelelahan, ketakutan dan perasaan putus asa adalah akibat dari prapersalinan atau fase laten yang panjang.
5. Mekanisme nyeri pada persalinan
Nyeri pada tahap I persalinan timbul dari uterus dan adnexa saat berkontraksi, dan hal itu adalah nyeri viseral yang alami. Beberapa kemungkinan mekanisme yang menjelaskan hal ini yaitu: nosiseptif yang berasal dari uterus telah diajukan namun pengamatan saat ini bahwa nyeri itu lebih banyak dihasilkan akibat dilatasi serviks dan segmen bawah uterus, dan mekanisme distensi sesudahnya. Intensitas nyeri berhubungan dengan kekuatan kontraksi dan tekanan yang dihasilkan uterus yang akan melawan obstruksi yang terjadi, serviks dan perineum mungkin juga berperan terhadap terjadinya nyeri. Beberapa nosiseptik kemudian berperan dalam terjadinya nyeri, yaitu bradikinin, leokotrin, prostaglandin, serotonin, asam laktat, dan substan P (Jack, 2009).
6. Metode meredakan nyeri pada pesalinan
Menurut Mander (2004), penggunaan metode psikologis untuk melawan nyeri berasal dari penilaian yang menunjukkan signifikan kontribusi psikologis terhadap nyeri sebagai berikut :
1. Relaksasi
Relaksasi adalah metode pengendalian nyeri yang memberikan wanita masukkan terbesar. Bersama dengan pendidikan latihan dan pernafasan, relaksasi telah menjadi landasan persalinan yang dipersiapkan. Teori yang menyokong penggunaan relaksasi selama persalinan terletak pada fisiologi sistem saraf otonom.
2. Hipnoterapi
Hipnoterapi didefenisikan sebagai penggunaan hipnosis untuk membuat statu kepatuhan dan kondisi tidur dalam terapi kondisi-kondisi dengan komponen psikologis yang besar.
3. Imajinasi
Imajinasi terbimbing melibatkan wanita yang menggunakan imajinasi untuk mengontrol nyerinya. Hal ini dicapai dengan menciptakan bayangan yang mengurangi keparahan nyeri atau yang terdiri dari pengganti yang lebih dapat diterima dan tidak nyeri. Namun, peredaan yang Sangay penting berkaitan dengan pembentukan bayangan dan imajinasi yang bertujuan untuk alasan khusus seperti meredakan nyeri.
4. Umpan balik biologis
Umpan balik biologis didefenisikan sebagai : sebuah proses tempat seseorang relajar untuk mempengaruhi respon fisiologi yang riabel. Yang biasanya tidak berbeda dalam control volunter. Kesesuaian metode ini dapat bertambah seiring berjalannya waktu selama kehamilan ketika mempersiapkan diri, dengan mempelajari tekhnik, untuk menggunakan metode pilihannya selama pengalaman akut persalinan.
5. Psikoprofilaksis
Pada relaksasi dalam persalinan dan mengenal istilah psikoprofilaksis yang berarti mencegah nyeri dengan metode psikologis. Psikoprofilaksis ini Sangat membantu untuk mengendalikan bahwa distraksi memberikan kontribusi pada pengendalian nyeri dalam persalinan.
Mander (2004) juga mengatakan, ada beberapa metode tertentu modulasi sensorik menggunakan alat bukan manual, yaitu :
1. Musik
Terapi musik digunakan untuk terapi keadaan kronis yang menggambarkan gangguan emosional, tetapi pengguanaannya dalam persalinan kurang di publikasikan dengan baik. Bagaimana cara verja musik membantu wanita dalam menghadapi nyeri persalinannya terletak pada distraksinya dan kemampuannya untuk membuat seseorang kehilangan alur waktu seperti efek lingkungan yang umum ini, lebih signifikasi dalam konteks ini, musik dapat memberikan energi dan membawa perintah melalui irama sehingga musik dengan tempo yang tepat membantu wanita mengatur pernafasannya. Di dalam literatur tersebut bahwa intervensi bebas bahaya ini memiliki potensi hiburan disetiap kehadirannya, walaupun penerimaan umum musik di dalam kamar bersalin Belum di pertimbangkan secara potencial bermanfaat sedang diperkenalkan dengan mengabaikan data penilaian.
2. Hidroterapi
Melahirkan dalam air (persalinan dalam air) telah menarik banyak publicitas dan beberapa kemasyuran yang kurang baik, memfokuskan pada air yang digunakan untuk membantu wanita menghadapi nyeri persalinan dengan baik sekali disebut sebagai hidroterapi. Keterkaitan baru dalam hidroterapi untuk persalinan menyebabkan peningkatan jumlah bidan dan unit maternitas yang menawarkan persalinan dalam air. Hidroterapi menimbulkan banyak masalah yang berkaitan dengan otonomi wanita dalam kolam lebih dapat mengontrol persalinan dan jauh lebih sulit bagi staff untuk mengintervensi.
3. Homeopati
Homeopati berkembang dari pengamatan yaitu serupa menyembuhkan. Obat homeopati tidak bekerja dengan menyembuhkn penyakit, tetapi dengan merangsang tubuh untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Pengobatan homeopati terhadap tekanan emosional persalinan, seperti akonit, untuk meredakan kecemasan, ketakutan dan panik untuk mempermudah menghadapi persalinan dianjurkan perlengkapan persalinan yang digunakan tanpa supervisi. Perlengkapan ini termasuk obat seperti kali karbonikum untuk meredakan nyeri punggung dalam persalinan.

4. Posisi, postur dan ambulasi
Postur dan ambulasi dalam persalinan ditentukan oleh budaza yang berlaku dan postur selain terlentang, yang berkaitan dengan masyarakat primitif dan seluruh dunia. Implikasi budaya dan keuntungan postur dan ambulasi tampak jelas ketika wanita bersalin memutuskan untuk berlatih tarik perut. Tarik perut melibatkan gerakan panggul yang kompleks yang sebaiknya dapat brsifat erotas tetapi bagi wanita membantu kesegarisan kepala janin. Ikatan analogi posisi terlentang wanita menunjukkan kelemahan inferioritas dan keparuhannya, dibandingkan dengan ahli obstetri yang kuat dan superior yang berdiri didepannya Bahwa wanita dalam posisi tegak dapat mengembangkan hubungan yang lebih baik dengan mereka. Berbaring aman dan nyaman bagi pemberi perawatan, karena sampai tingkat tertentu posisi lain dapat mengancam control oleh perawat.
5. Lingkungan persalinan
Dukungan mengubah lingkungan fisik asing, yang Sangay sering dihadapi oleh wanita dalam hal keseimbangan dan isolasinya, tidak menyebutkan intervenís yang kemungkinan bersifat invasif, perdebatan mengenai tempat persalinan sering menyebutkan wanita yang bersalin dirumah dan mengaitkan hal ini dengan penurunan dan penggunaan pendapat analgesik tetapi Belem tampak adanya hubungan klausal antara fenomena ini walaupun lingkungan fisik adalah satu aspek persalinan yang sangat mempengaruhi nyeri wanita.
Adapula tekhnik analgetik (obat pereda nyeri tanpa hilangnya secara total) yaitu :
1. Analgesik inhalasi
Saat ini hanya N2O (5%) dan O2 Enionox yang diizinkan digunakan oleh ibu-ibu dalam persalinan dibwah persalinan dibawah pengawasan seorang bidan diinggris. Konsentrasi yang lebih tinggi tidak diizinkan digunakan oleh bidan karena resiko analstesi, yaitu menyebabkan ibu tidak sadar.
2. Obat opioid
Meskipun istilah penggunaan dapat saling bertukar (Melzack dan Wall, 1991), narkotik dan opiat memiliki perbedaan yang halus. Opiat dibuat secara alami atau sintetik dari bunga opium, sedangkan narkotik adalah zat yang menyebabkan rasa kantuk atu pada akhirnya menimbulkan ketidaksadaran. Opioid yang digunakan dalam persalinan juga tergolong narkotik. Efek opioid yang kuat membuat tepat digunakan pada saat persalinan tiga opioid yang paling umum digunakan, yaitu :
a. Diamorfin
Struktur kimia diamorfin menghasilkan kelarutan lemah yang lebih besar dari pada morfin, sehingga kemungkinan terjadinya penetrasi yang lebih cepat kedalam jeringan otak. Diamorfin yang diberikan secara IM akan memberikan efeknya dalam 5-10 menit, dan bertahan selama 3 jam. Penelitian swedia beranggapan bahwa pemberian diamorfin selama persalinan dikaitkan dengan tingginya resiko ketergantungan pada saat bayi beranjak dewasa. Dengan demikian hanya kendali ibu yang dibahayakan dalam penggunaan diamorfin.
b. Petidin hidroklorida
Petidin hidroklorida adalah analgesik yang dimetabolisme dihati, efek analgesik petidin yang diberikan secara IM akan dimulai dalam 15 menit dan berlanjut sampai 2 jam.
c. Meptanizol
Meptanizol mungkin lebih dianjurkan dari pada petidin karena lebih sedikit menyebabkan depresi pernafasan neonatos. Efek analgesik dalam 15 menit dan berlanjut setidaknya selama 4 jam (Mander, 2004).
7. Metode-metode meredakan nyeri persalinan yang dilaksanakan
Nyeri yang luar biasa pada saat persalinan memang tidak dapat dihindari. Kurangi nyeri pada saat persalinan dengan cara cara alami berikut ini :
1. Gunakan kompres
Kompres biasanya dapat mengendalikan rasa nyeri juga memberikan rasa nyaman sekaligus meredakan ketegangan. Bungkus botol air panas dengan handuk dan celupkan kedalam air dingin untuk mengurangi pegal punggung dan kram. Gunakan pula handuk dingin di wajah untuk mengurangi ketegangan.
2. Banyak bergerak
Cobalah untuk terus bergerak agar sirkulasi darah meningkat, nyeri punggung berkurang dan untuk mengalihkan perhatian dari rasa nyeri. Gunakan kursi atau bantal untuk menyangga hingga mendapatkan posisi yang nyaman.
3. Pijat
Minta pasangan anda untuk memijat. Dengan pijatan lembut, ketegangan otot bahu, leher, wajah, dan punggung bisa berkurang. Sirkulasi darah pun meningkat sehingga nyeri berkurang.
4. Terapi aroma
Pilihan aroma yang tepat bisa membantu meredakan ketegangan dan membuat anda merasa nyaman.
5. Hipnoterapi
Pada bulan terakhir kehamilan cobalah untuk berlatih hipnoterapi dengan bantuan tenaga ahli. Ini bisa digunakan pada saat persalinan, untuk mengontrol rasa nyeri lewat sugesti positif yang anda tanam dalam pikiran (Lisa, 2007).
Ada juga Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mengatasi nyeri saat persalinan, diantaranya:
1. Terapi non farmakologis
Terapi yang digunakan yakni dengan tanpa menggunakan obat-obatan, tetapi dengan memberikan berbagai teknik yang setidaknya dapat sedikit mengurangi rasa nyeri saat persalinan tiba. Beberapa hal yang dapat dilakukan, yaitu :
a. Imaging guide
Tekhnik ini dengan mengarahkan sang ibu membayangkan sesuatu yang dapat membuatnya nyaman. Ajak dia membayangkan sesuatu tempat yang memberikan dirinya tenang, seperti sawah yang terhampar luas dengan hijaunya dedaunan padi yang melambai-lambai ditiup angin sore. Atau ajak dia ke suasana laut yang mengajak kita untuk mendengarkan deburan ombak yang perlahan mengenai kaki kita yang tercelup dalam air laut di tepian pantai. Atau hal lainnya dimana pendamping lebih tahu bagaimana memberikan ketenangan pada ibu bersalin saat ia membutuhkan ketenangan itu.
b. Music therapy
Hal ini ditujukan bagi pendamping yang memang suka dengan yang namanya mendengarkan alunan nada. Musik alam seperti suasana air terjun dengan gemericik air yang turun, atau dengan musik klasik.
c. Fisik dan Psikis
Ini sederhana sekali untuk dilakukan, bila memang pendamping kebingungan untuk menceritakan sesuatu yang indah-indah pada ibu bersalin, terlebih lagi bagi pendamping yang memang bukan ahlinya bercerita, atau memang keterbatasan alat musik yang pendamping miliki. Pendampingan ibu atau kehadiran suami saat istri berada di rumah sakit saat menunggu kelahiran, adalah sesuatu yang dapat mengurangi kecemasan pasangan. Meskipun ada perawat atau tenaga kesehatan yang senantiasa siap membantunya, namun kehadiran pendamping sebagai pasangan hidup atau keluarga terdekat istri sangat membantu mengurangi kecemasan bahkan nyeri sang istri.
d. Massage
Pijatan atau sentuhan pada area tertentu ternyata dapat mereduksi nyeri pasangan. Adapaun area yang bisa dilakukan pemijatan yakni di area pinggul, punggung, dan lutut.
e. Posisi
Posisi ini dimaksudkan pada posisi yang enak dan nyaman saat melahirkan. Ada beberapa posisi yang bisa dipilih
2. Terapi farmakologis
Berbagai obat disuntikkan ke ibu, baik itu anastesis umum yang di suntikkan epidural, spinal, ataupun sekedar regional (Ahmad, 2007).
9. Pendamping persalinan
Beberapa wanita ingin didampingi lebih dari satu orang. Pendamping persalinan anda mungkin saja adalah suazi, ibu, relasi, teman, bidan. Pendamping persalinan dapat membantu sebelum persalinan dengan :
1. Mengikuti kelas ibu-ibu hamil
2. Mendengarkan ketika ibu berbicara tentang berbagai keperluan dan rencana ibu untuk kelahiran bayinya
3. Membantu ibu menulis rencana persalinan.
Pendamping persalinan dapat membantu ibu selama proses melahirkan dengan :
1. Membantu ibu melewati waktu selama tahap persalinan awal (dengan berjalan-jalan, bermain kartu, mendengarkan musik, berbincang-bincang dan sebagainya)
2. Tetap bersama ibu sepanjang persalinan
3. Menghitung kontraksi
4. Membantu ibu rileks selama dan diantara kontraksi
5. Membantu ibu mengatasi rasa sakit selama kontraksi :
a. Memelihara irama pernafasan ibu
b. Membantu ibu menggunakan beberapa posisi atau gerakan
c. Membantu ibu mengalihkan fokus ibu dari rasa nyeri
6. Memberikan atau menyarankan langkah-langkah kenyamanan seperti :
a. Menggosok punggung ibu
b. Menawarkan sesuap air atau potongan kecil es
c. membantu ibu masuk kedalam bak berendam atau kebawah pancuran air
7. Tetap tenang dan terus bersikap penuh keyakinan
8. Menghibur ketika diperlukan
9. Membantu ibu merasa aman dan dicintai
10. Berbagi kegembiraan atas kelahiran bayi ibu


10. Menggunakan posisi persalinan dalam mengatasi rasa nyeri
Bergerak selama persalinan dapat membantu mengatasi rasa sakit mengubah posisi ibu setiap 30 menit juga dapat membantu mempercepat persalinan. Posisi-posisi persalinan ini adalah :
1. Duduk
2. Berdiri
3. Berbaring (menyamping atau terlentang di tempat tidur)
4. Posisi merangkak
Berdiri selama proses persalinan akan memberi ibu rasa kendali yang lebih besar dibanding selalu berbaring. Cobalah mengubah posisi diantara periode istirahat dan periode ketika ibu lebih efektif. Gerakkan berirama memberikan kenyamanan, misalnya :
1. Berjalan
2. Berayun kesamping kiri dan kanan
3. Bergoyang duduk dikursi goyang
4. Menggunakan bola besar
Seperti yang digunakan dikelas ibu hamil (beberapa rumah sakit menggunakan bola bersalin, ibu bisa duduk diatas bola dan berayun-ayun selam kontraksi, atau ibu bisa menaruhnya ditempat tidur dan membungkuk diatasnya, menjadikan penopang).
5. Mencoba gerakan ritmos lain yang dapat membantu ibu mengatasi rasa sakit bersalin (Simkin dkk, 2005).

11. Dukungan selama persalinan
Asuhan yang sifatnya mendukung selama persalinan merupakan ciri dari asuhan kebidanan. Asuhan yang mendukung artinya kehadiran yang aktif dan ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Dukungan tersebut antara lain meliputi:
a. Lingkungan
Suasana yang rileks dan bernuansa rumah akan sangat membantu wanita dan pasangannya merasa nyaman. Sikap bidan adalah sangat penting, mungkin lebih penting dari pada bentuk fisik lingkungan tersebut. Ruangan persalinan harus dibuat sedemikian rupa sehingga pada waktu terjadi keadaan darurat bisa ditangani denagn cepat dan efisien. Wallpaper dan gordin yang menarik akan dengan warna yang sejuk dan penggunaan tirai untuk menutup peralatan rumah sakkit akan mengurangi keangkeran dari ruangan tersebut. Lampu haruslah mudah dipindah-pindah. Banyak wanita merasa lebih suka dengan penerangan redup atau setengah gelap pada saat berada dalam ruangan persalinan, tetapi tetap harus disediakan lampu untuk membantu saat bidan melakukan penjahitan perineum. Bidan harus berusaha memastikan agar orang yang masuk ke dalam ruangan persalinan bisa sesedikit mungkin dan harus diarahkan untuk menjaga suasana yang santai dan hening.
b. Pendamping persalinan
Asuhan kebidanan dukungan persalinan Kala I dapat diberikan dengan cara menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu untuk mendampingi ibu selama proses persalinan seperti suami, keluarga, atau teman dekat. Suami dan keluarga dianjurkan untuk berperan aktif dalam mendukung dan melakukan kegiatan yang dapat memberikan kenyamanan bagi ibu. Pendamping ibu saat persalinan sebaiknya adalah orang yang peduli pada ibu, yang paling penting adalah orang-orang yang diinginkan oleh si ibu untuk mendampinginya selama persalinan. Di beberapa tempat, hanya wanita yang boleh menemani ibu pada saat ia melahirkan. Dalam budaya lain, sudah menjadi kebiasaan bagi suami menjadi pendamping dalam persalinan bahkan menolong persalinan.
c. Mobilitas
Ibu dianjurkan untuk merubah posisi dari waktu ke waktu agar merasa nyaman dan mungkin persalinan akan berjalan lebih cepat karena ibu merasa menguasai keadaan.
d. Pemberian informasi
Suami harus diberi informasi selengkapnya tentang kemajuan persalinan dan perkembangannya selama proses persalinan. Setiap pengobatan atau intervensi yang mungkin dan akan dilakukan harus dijelaskan terlebih dahulu. Ibu dan suaminya dilibatkan dalam pengambilan keputusan.
e. Tehnik relaksasi
Jika ibu telah diajarkan teknik-teknik relaksasi ia harus diingatkan mengenai hal itu dan didukung sewaktu ia mempraktekkan pengetahuannya.
f. Percakapan (komunikasi)
Bila seorang ibu berada sedang dalam persalinan, akan ada waktunya untuk bercakap-cakap dalam dan ada waktunya untuk diam. Wanita yang sedang dalam proses persalinan fase aktif akan menyukai ketenangan. Pada tahap ini seorang wanita akan merasa lelah dan setiap kontaksi akan memerlukan konsentrasi penuh dan semua cadangan emosional fisik yang bisa dikerahkannya. Ia mungkin akan menutup matanya dan ingin sendirian pada tahap ini. Jika ibu menyadari apa yang terjadi pada dirinya ia akan berkonsentrasi pada kemajuan persalinannya dan percakapan yang tidak bermanfaat tidak dibutuhkannya, melainkan sentuhan dan ekspresi wajah akan lebih penting.
g. Dorongan semangat
Bidan harus berusaha memberikan dorongan semangat kepada ibu selama proses persalinannya. Sebagian besar wanita akan mencapai suatu tahap dimana mereka merasa tidak bisa melanjutkan lagi proses persalinannya dan merasa putus asa. Hanya dengan beberapa kata yang diucapkan secara lembut setelah tiap kontraksi atau atau beberapa kata pujian non-verbal sering sudah cukup memberi semangat. Ibu yang dibuat merasa bahwa ia sanggup dan sudah membuat kemajuan besar biasanya akan merespon dengan terus berusaha. Bidan yang ketrampilan komunikasinya sudah terlatih baik dan yang memberi respons dengan kehangatan dan antusiasme biasanya kan berhasil dalam hal ini (Fitri, 2009).
D. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian tentang tindakan bidan dalam mengatasi nyeri pada ibu bersalin di RSUD DR RM Djoelham Binjai Tahun 2010.








BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan kuesioner yang diisi responden dengan tujuan untuk mengetahui tindakan bidan dalam mengatasi rasa nyeri pada ibu bersalin di RSUD DR RM Djoelham Binjai Tahun 2010.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD DR RM Djoelham Binjai. Alasan pemilihan lokasi ini karena :
1. Di RSUD DR RM Djoelham Binjai ini belum pernah dilakukan penelitian tentang tindakan bidan dalam mengatasi rasa nyeri pada ibu bersalin.
2. Di lokasi penelitian masalah nyeri pada ibu bersalin masih sangat banyak dan kurang diperhatikan.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2010.



C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh bidan yang ada di RSUD DR RM Djoelham Binjai sebanyak 35 orang.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh bidan yang ada di RSUD DR RM Djoelham Binjai Tahun 2010. Pengambilan sampel ini menggunakan metode purposive sampling dimana pengambilan sampel didasarkan atas ciri-ciri dan sifat dari populasi yang sudah diketahui sebelumnya yakni semua bidan di RSUD DR RM Djoelham Binjai sebanyak 35 orang.

D. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan data primer yaitu data yang diperoleh sendiri dari kuesioner yang berisi sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi.

E. Tekhnik Pengolahan Data
1. Editing (pemeriksaan data), data yang masuk diperiksa kembali apakah ada kekeliuan data, kemungkinan tidak lengkap atau data yang tidak sesuai.
2. Coding (pengkodean data), memberikan tanda atau kode pada data yang telah lengkap sesuai dengan variabel yang akhirnya dapat diolah.
3. Entrying memasukkan data ke komputer.
4. Tabulating (pemasukan data), data selanjutnya dikelompokkan secara teliti, dihirung dan dijumlahkan kemudian dimasukkan kedalam tabel-tabel distribusi frekuensi.

F. Defenisi Operasional
No Variabel Defenisi operasional Parameter Alat ukur Skala Skor
1. Tindakan mengatasi nyeri pada ibu bersalin Melakukan suatu aktivitas dalam hal mengatasi rasa nyeri pada ibu bersalin 1. Baik
2. Buruk Kuesioner Ordinal 1. Baik, jika bidan mampu menjawab pertanyaan benar 1-15 60-100% (kode=1)
2. Buruk, jka bidan mampu menjawab pertanyaan benar 1-7 > 60% (kode=2)
2. Umur Usia lahir hingga saat ini 1. < 20 tahun
2. 20-35 tahun
3. > 35 tahun Kuesioner Ordinal 1. < 20 tahun (kode=1)
2. 20-35 tahun (kode=2)
3. > 35 tahun (kode=3)

3. Pendidikan Jenjang pendidikan formal yang ditamatkan responden terakhir (pendidikan terakhir). 1. D1 Kebidanan
2. D 3 Kebidanan
3. D 4 Kebidanan Kuesionere Ordinal 1. D1 Kebdanan (kode=1)
3. D 3 Kebidanan (skor=2)
D 4 Kebidanan (kode=3)


G. Aspek Pengukuran
1. Tindakan
Tindakan bidan dalam mengatasi nyeri pada ibu bersalin di ukur melalui 15 pertanyaan dengan memilih jawaban pada kuesioner. Untuk masing-masing pertanyaan apabila responden menjawab dengan benar di beri nilai 1 (satu) dan bila salah di beri nilai 0 (nol).
Menurut Notoatmojo (2003), berdasarkan jumlah skor yang di peroleh responden maka tindakan responden di kategorikan atas 2 kategori :
1. Tingkat tindakan baik bila skor yang diperoleh 1-15 (60%-100%).
2. Tingkat tindakan buruk bila skor yang diperoleh antara 1-7 (< 60%)

G. Analisa Data
Analisa data dilakukan secara deskriptif dengan melihat persentase data terkumpul dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi kemudian dilanjutkan dengan membahas hasil penelitian berdasarkan teori.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar